Seorang anak sedang asyik mengamati kupu-kupu yang sedang berusaha keluar dari kepompongnya. Ia melihat betapa susah payahnya kupu-kupu tersebut berjuang untuk melepaskan diri dari kepompongnya.
Menit-menit berlalu, kupu-kupu tersebut masih terus berjuang untuk melepaskan dirinya. Lamban sekali kemajuannya untuk keluar dari kepompong itu. Didorong oleh rasa kasihan, anak itu mengambil gunting dan memotong bagian kepompong yang belum terbuka itu. Akhirnya dengan cepat kupu-kupu tersebut keluar dari kepompongnya. Kupu-kupu itu bebas terbang ke mana pun juga. Tetapi, yang terjadi justru mengenaskan. Kupu-kupu tersebut tidak dapat menggerakkan sayapnya untuk terbang. Akhirnya, ia terjatuh dan mati. Mengapa demikian?
Menurut pakar serangga, kepompong itu membelenggu kupu-kupu sedemikian rupa sehingga ia dipaksa untuk bersusah payah menggeliat dan membentuk otot-ototnya. Akibat susah payah tersebut, otot-ototnya terbentuk dan kupu-kupu tersebut siap dan mampu untuk terbang. Setelah lewat segala susah payah itu, kupu-kupu tersebut siap untuk terbang. Membebaskan kupu-kupu dari susah payahnya sama dengan memberinya hukuman mati.
Manusia pilihan Allah diberi kepahitan dan cobaan hidup agar jiwanya akan membentuk pribadi yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan.
Baca juga artikel terkait di bawah ini...